LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA
Mengukur
pH Larutan Penyangga

Disusun
oleh :
Rizqi
kurniawan
Rizqi
saputri
Sumayyah
Tsana’a
alifia nauthika
(kelompok
6)
XI-IPA
SMA
Muhammadiyah 1 kota Magelang
Jl.
Tidar no.21
DAFTAR ISI
Bab I. Pedahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
praktikum
Bab II. Tinjauan pustaka
Bab III. Alat, bahan, dan metode
3.1 alat
3.2 bahan
3.3 metode
Bab IV. Hasil dan permbahasan
4.1 hasil
4.2 pembahasan
Bab V. kesimpulan dan saran
5.1 kesimpulan
5.2 saran
Bab VI. Daftar pustaka
Bab I. Pedahuluan
1.1 Latar belakang.
Larutan
penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis kimia,
biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang
biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif
terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35
sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ
tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan
penyangga.
Untuk
menjaga pH larutan agar tidak mengalami perubaha yang mencolok, digunakan
zat-zat yang bersifat penyangga. Larutan penyangga atau larutan
buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH pada kisarannya. Jika
pada suatu larutan penyangga ditambah sedikit asam atau ditambahkan sedikit
basa atau diencerkan, maka pH larutan tidak berubah.
Oleh
karenanya, pada percobaan ini akan digunakan larutan penyangga dari asam lemah
(CH3COOH) dengan garamya/basa konjugasi(CH3COONa) dan
digunakan basa lemah(NH3) dengan garamnya/asam konjugasi(NH4Cl)
untuk menunjukkan sifat-sifat larutan penyangga
1.2 Tujuan praktikum :
mententukan larutan penyangga dan sifatnya.
Bab II. Tinjauan pustaka
·
Larutan
peyangga adalah suatu larutan yang dapat berfungsi mempertahankan pH larutan
dari suatau perubahan pH larutan. Larutan penyangga disebut juga larutan buffer atau larutan dapar.
·
larutan
buffer hanya berfungsi untuk mempertahankan pH. Ini tidak berarti bahwa pH
tidak akan berubah. Perubahan dan gangguan yang besar dalam sistem dapat
merubah pH meskipun telah ditambahkan buffer ke dalamnya. Hal ini karena buffer
hanya menjaga agar pH tidak terlalu berubah signifikan dengan adanya perubahan
konsentrasi ion hidrogen dalam sistem.
Bab III. Alat, bahan, dan metode
3.1 Alat :
pipet volume, gelas kimia, karet
penghisap, buret+klem+statif.
3.2 bahan :
larutan CH3COONa 0,1 M, CH3COOH
0,1 M, NH3 0,1 M, akuades, HCI, NaOH, dan indikator universal.
3.3 metode :
1. Membuat larutan 15 mL CH3COOH
0,1 M dengan CH3COONa 15 mL 0,1 M. mengukur pH awal dengan indikator
universal.
2. Membagi larutan menjadi 3 bagian
sama banyak dalam gelas kimia.
3. Mengisi buret pertama dengan larutan
HCl 0,1 M dan buret kedua dengan NaOH 0,1 M
4. Menambahkan HCl dalam larutan pertama sebanyak 1,2,3,4,5
mL. mengukur pH-nya dengan indikator universal, tiap penambahan HCl 1 mL
5. Meneteskan NaOH dalam larutan kedua
sebanyak1,2,3,4,5 mL. mengukur pH-nya setiap penambahan 1 mL.
6. Menambahkan 1,2,3,4,5 mL akuades ke
dalam larutan ketiga. Mengukur pH-nya setiap penambahan 1 mL akuades.
7. Membuat larutan dari 15 mL NH3
0,1 M dengan 15 mL NH4Cl 0,1 M. mengukur pH-nya
8. Mengulangi langkah 2-6 untuk larutan
lainnya.
9. Mencatat hasil percobaan di tabel
10. Membandingkan hasil percobaan antara
larutan satu dengan larutan yang lainnya.
Bab IV. Hasil dan permbahasan
4.1
hasil
|
|
|
|
|
|
pH Setelah Penambahan
|
||||||||||||||
|
Campuran Larutan
|
pH Awal
|
HCl
0,1 M (mL)
|
NaOH 0,1 M (mL)
|
Akuads (mL)
|
|||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
CH3COOH
0,1 M +
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
7
|
10
|
11
|
7
|
5
|
5
|
5
|
5
|
|||
|
CH3COONa
0,1 M
|
|||||||||||||||||||
|
NH3 0,1 M +
|
10
|
7
|
8
|
8
|
8
|
9
|
8
|
8
|
9
|
9
|
9
|
9
|
9
|
8
|
8
|
8
|
|||
|
NH4Cl
0,1 M
|
|||||||||||||||||||
4.2
pembahasan
Dari tabel diatas dapat
diketahui bahwa pH awal penyangga asam dari asam lemah CH3COOH dengan
garamnya CH3COONa adalah
5, setelah
mengalami penambahan asam kuat HCl maka
pHnya berubah menjadi 5, kemudian pada
penambahan basa kuat NaOH
maka pHnya tetap 5, dan pada penambahan akuades maka pH menjadi
7. Akan tetapi sesuai dengan teori, penambahan sedikit asam, sedikit basa
ataupun dilakukan pengenceran maka pH larutan tersebut tidak akan berubah.
Pada tabel dapat diketahui bahwa pH
penyangga basa dari basa lemah NH3
dengan garamnya NH4Cl adalah10,
setelah mengalami penambahan asam kuat HCl maka pHnya berubah menjadi 7, kemudian pada
penambahan basa kuat NaOH maka pHnya berubah menjadi 8 dan pada
penambahan akuades maka pHnya 9. Akan tetapi
sesuai dengan teori, penambahan sedikit asam, sedikit basa ataupun dilakukan
pengenceran maka pH larutan tersebut tidak akan berubah.
Bab V. kesimpulan dan saran
5.1
kesimpulan
1. Larutan CH3COOH dan CH3COONa
merupakan larutan peyangga yang terdiri dari asam lemah dengan basa konjugasi/garam
2. Larutan CH3COONa
bertindak sebagai basa konjugasi/garam
3. Larutan CH3COOH bertindak
sebagai asam lemah
4. Perbandingan antara pH awal dengan
pH setelah penambahan HCl, NaOH maupun akuades adalah menurut teori tetap,
namun dalam penambahan sedikit asam/basa maupun pengenceran tidak mengubah pH
secara signifikan.
5. Dalam pengamatan ini mungkin dapat
terjadi kesalahan pH karena kurang teliti ataupun kesalahan saat pemberian
larutan.
5.2
saran
Dalam
mengadakan praktikum larutan penyangga ini, pastikan
tangan dan alat-alat yang akan dipakai bersih. Pastikan juga volume tertakar
sempurna. sebaiknya siswa
bisa lebih berhati-hati dalam mengamati perubahan pH yang terjadi dan lebih
memanfaatkan waktu praktikum yang diberikan dengan baik agar hasil nya bisa
lebih baik.
Bab VI. Daftar pustaka
Sandri justiana, Muchtaridi. 2010. Chemistry2 for senior high
school year XI. Jakarta: Yudhistira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar